Pendidikan Karakter: Pengertian, Tujuan, dan Konsepnya
Ditulis pada: 21.11
Pendidikan Adalah ?
Pendidikan karakter berasal dari 2 kata pendidikan dan karakter, menurut beberapa pakar, kata pendidikan memiliki pengertian yang berbeda-beda bergantung pada pemikiran, pola, metodologi dan disiplin keilmuan yang dipakai, di antaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah arahan atau pembimbingan secara sadar oleh pengajar terhadap kemajuan Jasmani dan Rohani anak didik ke arah terciptanya personalitas yang utuh.
Menurut Doni Koesoema A. mendefinisikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri pribadi dan warga jadi bermoral. Ada juga yang mengartikan pendidikan sebagai proses yang mana sebuah bangsa menyiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efisien dan efektif.
Menurut Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain supaya jadi dewasa atau sampai tingkat hidup dan penghidupan yang semakin tinggi dalam makna baik.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk lebih memajukan budi pekerti, pemikiran, serta jasmani anak supaya sesuai dengan alam dan masyarakatnya.
Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan banyak diperlihatkan oleh beberapa pengamat/tokoh pendidikan. Menurut Marimba pengertian pendidikan adalah arahan atau pimpinan secara sadar oleh pengajar pada perkembangan rohani dan jasmani anak didik ke arah terciptanya personalitas yang utama.
Arti Karakter Adalah ?
Setelah kita mengetahui esensi pendidikan pada umumnya, karena itu yang harus dipahami selanjutnya adalah hakikat karakter sehingga dapat diketemukan pengertian pendidikan karakter secara mendalam.
Istilah karakter dipakai secara eksklusif dalam konteks pendidikan baru ada di akhir abad 18, terminologi karakter merujuk pada pendekatan idealis religius yang yang dikenal juga dengan teori pendidikan normatif, di mana yang jadi fokus utama ialah nilai-nilai transenden yang dipercayai sebagai motivator dan dominisator histori baik untuk pribadi atau untuk perubahan nasional. Istilah karakter datang dari bahasa Yunani, charassein, yang memiliki arti to engrave atau memahat.
Membentuk karakter diumpamakan seperti memahat di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sanalah selanjutnya berkembang pengertian karakter yang disimpulkan sebagai pertanda khusus atau pola sikap (an individual's pattern of behavior … his moral contitution).
Sedangkan Istilah karakter secara harfiah datang dari bahasa Latin "Charakter", yang di antaranya memiliki arti: tabiat, perilaku, sifat-sifat psikis, budi pekerti, kepribadian atau adab. Sedangkan secara istilah, karakter didefinisikan sebagai sifat manusia secara umum di mana manusia memiliki banyak sifat yang bergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Karakter adalah sifat kejiwaan, adab atau budi pekerti sebagai keunikan seseorang atau sekelompok orang. Karakter bisa juga diartikan sikap, perilaku, adab, kepribadian yang konstan sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan aktif.
Ki Hadjar Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya budi pekerti ialah berpadunya antara gerak pikiran, hati, dan kehendak atau tekad yang selanjutnya memunculkan tenaga.
Dari beberapa pengertian karakter itu bisa diambil kesimpulan secara singkat bahwa karakter adalah sikap, perilaku, adab, kepribadian yang konstan sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan aktif; sifat alami seseorang dalam memberi respon situasi secara berakhlak; karakter, perilaku, adab, atau kepribadian seseorang yang tercipta dari hasil internalisasi berbagai kearifan, yang dipercaya dan dipakai sebagai dasar untuk cara pandang, berpikiran, berlaku dan bertindak; sifatnya jiwa manusia, dimulai dari harapan sampai menjelma jadi tenaga.
Pengertian Pendidikan Karakter
Merujuk pada beragam pengertian dan definisi mengenai pendidikan dan karakter secara simpel bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada seseorang lainnya (peserta didik) sebagai pencerahan supaya peserta didik mengerti, berpikir dan melakukan tindakan secara berakhlak dalam menghadapi setiap keadaan.
Banyak beberapa pakar yang menyampaikan gagasannya mengenai pendidikan karakter, salah satunya Lickona yang mengartikan pendidikan karakter sebagai usaha yang benar-benar untuk menolong seseorang memahami, perduli dan melakukan tindakan dengan dasar nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menurut Lickona memiliki kandungan tiga unsur dasar, yakni mengetahui kebaikan (knowing the good), menyukai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
Thomas Lickona mendeskripsikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam memberi respon keadaan secara berakhlak yang dimanifestasikan dalam perlakuan riil lewat perilaku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghargai orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini serupa dengan yang diutarakan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu kuat hubungannya dengan "habit" atau rutinitas yang terus menerus dikerjakan.
Lebih jauh, Lickona mengutamakan tiga hal dalam mendidik karakter. Tiga hal tersebut dirumuskan dengan elok: knowing, loving, and acting the good. Menurut dia kesuksesan pendidikan karakter diawali dengan pengetahuan karakter yang bagus, menyukainya, dan penerapan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Pengertian pendidikan karakter menurut Albertus adalah diberikannya tempat untuk kebebasan pribadi dalam menghayati nilai-nilai yang dipandang sebagai baik, mulia, dan pantas diperjuangkan sebagai dasar bertingkah laku untuk kehidupan individu berhadapan dengan dirinya, sesama dan Tuhan.
Menurut Khan pengertian pendidikan karakter adalah proses aktivitas yang sudah dilakukan dengan semua daya dan usaha secara sadar dan terkonsep untuk mengarahkan anak didik. Pendidikan karakter adalah proses aktivitas yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan budi harmoni yang selalu mengajari, menuntun, dan membangun tiap manusia untuk mempunyai kapabilitas intelektual, karakter, dan ketrampilan menarik.
Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter ke warga sekolah yang mencakup komponen pengetahuan, kesadaran atau tekad dan aksi untuk melakukan nilai-nilai itu baik pada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan ataupun kebangsaan sehingga jadi manusia yang prima.
Menurut Ramli, pendidikan karakter mempunyai esensi dan pengertian yang serupa dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, agar jadi manusia yang baik, masyarakat yang baik, dan masyarakat Negara yang baik. Oleh karenanya, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai mulia yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membangun personalitas generasi muda.
Tujuan Pendidikan Karakter
Pada intinya Pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan ke arah pencapaian pembentukan karakter atau adab mulia peserta didik secara utuh, terintegrasi, dan imbang, sesuai standard kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharap peserta didik sanggup secara berdikari meningkatkan dan memakai pengetahuannya, mengulas dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan adab mulia hingga terwujud dalam sikap setiap hari.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak bisa menjadi pintar, bukan hanya otaknya tetapi pintar secara emosi. Kepandaian emosi merupakan perbekalan paling penting dalam menyiapkan anak menyambut masa depan.
Pendidikan karakter pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu dan pengetahuan serta tehnologi yang semua dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasar pada Pancasila.
Dengan begitu, menurut penulis tujuan pendidikan karakter mempunyai fokus pada peningkatan kemampuan peserta didik secara keseluruhan, agar jadi pribadi yang siap menghadapi hari esok dan sanggup bertahan mengatasi rintangan jaman yang dinamis dengan perilaku-perilaku yang terpuji.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan karakter tersebut, peranan keluarga, sekolah dan komunitas benar-benar menentukan pembangunan karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dengan menciptakan lingkungan yang aman, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sehingga fitrah tiap anak yang dilahirkan suci dapat mengalami perkembangan dengan maksimal.
Konsep Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Di saat ini yang dibutuhkan ialah kurikulum pendidikan yang berbasiskan karakter; hal ini selanjutnya dijawab pemerintah lewat Kemendikbud dengan menerapkan kurikulum 2013 pada 15 Juli 2013.
Konsep pendidikan karakter pada kurikulum 2013 dapat disaksikan dari penyusunan kompetensi pokok yang selanjutnya menjadi referensi untuk membuat kompetensi dasar. Berikut contoh kompetensi pokok yang dipakai dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII:
- Menghargai dan menghayati tuntunan agama yang diyakininya. Sebagai wujud dan realisasi karakter spiritual.
- Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, perduli (toleran, gotong-royong), sopan, optimis dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam capaian pergaulan dan kehadirannya.
- Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasar pada rasa ingin tahunya mengenai ilmu dan pengetahuan, tehnologi, seni, budaya terkait peristiwa dan kejadian tampak mata.
- Mencoba, memproses, dan menyajikan dalam ranah konkret (memakai, mengurai, menyusun, melakukan modifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, mengalkulasi, menggambar, dan mengarang) sesuai yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama di dalam pemikiran/teori.
Dari kompetensi pokok itu bahwa kurikulum 2013 memang memberikan penekanan khusus pada pendidikan karakter.
Referensi :
- D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 19.
- Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 80.
- Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), h. 4.
- Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan. (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa), h. 14.
- Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.24.
- Abdul majid, Dian andayani. Pedidikan karakter dalam perspektif Islam. (Bandung: Insan Cita Utama, 2010), hlm. 11
- Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak Kualitas Pendidikan. (Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010), h. 1.
- Thomas Lickona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York:Bantam Books,1992) , h. 12-22.
- Albertus, Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), h.5.
- Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:Alfabeta, 2012) , h.23-24.