Filsafat Ketuhanan Ibnu Rusyd
Ditulis pada: 17.40
Salah satunya tokoh yang terpopuler dan dipandang paling berjasa di dunia Islam dibidang filsafat adalah Ibnu Rusyd. Tetapi, di dunia barat, tokoh ini lebih dikenali dengan nama averroes. Begitu terkenalnya Ibnu Rusyd di kelompok barat hingga di tahun 1200 - 1650 ada sebuah pergerakan yang disebut aviorrisme yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusyd lah mereka mendalami filsafat Aristoteles (384-322 SM), karena Ibnu Rusyd terkenal konsisten pada filsafat Aristoteles.
Biografi Ibnu Rusydi
Nama lengkapnya, Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd dilahirkan di Cordova sebuah kota di Andalus. Dia terlahir di tahun 510 H/126 M, Dia lebih terkenal dengan panggilan Ibnu Rusyd. Orang barat menyebutnya dengan sebuah nama Averrois. Panggilan ini sebetulnya diambil dari nama kakeknya. Keturunannya datang dari keluarga yang alim dan terhormat, bahkan juga populer dengan keluarga yang banyak memiliki keilmuan. Kakek dan ayahnya mantan hakim di Andalus dan dia sendiri di tahun 565 H/1169 M diangkat juga menjadi hakim di Seville dan Cordova. Karena prestasinya yang mengagumkan dalam pengetahuan hukum, di tahun 1173 M dia dipromosikan menjadi ketua Mahkamah Agung, Qadhi al-Qudhat di Cordova.
Dalam buku karangan Nurcholis Madjid, diterangkan mengenai pemberian nama Ibnu Rusyd, bahwa penyebutan Averrios untuk Ibnu Rusyd merupakan akibat dari terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol Latin. Oleh orang Yahudi, kata Arab Ibnu dikatakan seperti kata Ibrani 9 bahasa Yahudi dengan Aben. Dan dalam standar Latin Rusyd menjadi Rochd. Dengan begitu nama Ibnu Rusyd menjadi Aben Rochd. Namun, dengan bahasa Spanyol huruf konsonan "b" diganti menjadi "v", karena itu Aben menjadi Aven Rochd. Melalui asimilasi huruf-huruf konsonan dengan bahasa Arab disebut Idgham selanjutnya beralih menjadi Averrochd, karena dengan bahasa Latin tidak ada huruf "sy", huruf "sy" dan "d" dipandang dengan "s" hingga menjadi Averriosd. Selanjutnya, rangkaian "s" dan "d" dipandang susah dengan bahasa Latin, karena itu huruf "d" ditiadakan hingga menjadi Averros. Supaya tidak ada kekacauan di antara huruf "s" dengan "s" posesif karena itu di antara "o" dan "s" diberi selipan "e" hingga Averroes, dan "e" kerap mendapatkan penekanan hingga menjadi Averrois.
Ibnu Rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali ghairahnya pada ilmu dan pengetahuan. Hal tersebut bisa dibuktikan, Ibnu Rusyd bersama-sama merevisi buku karya Imam Malik, Al-Muwaththa, yang didalaminya bersama ayahnya Abu Al-Qasim dan dia menghafalnya. Dia juga mendalami ilmu matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan ilmu pengobatan. Guru-gurunya dalam beberapa ilmu itu tidak populer, tapi secara keseluruhan Cordova populer sebagai pusat study filsafat. Adapun seville populer karena beberapa aktivitas artistiknya. Cordova di saat itu menjadi tandingan untuk Damaskus, Baghdad, Kairo, dan beberapa kota besar yang lain di negeri-negeri Islam Timur.
Sebagai seorang yang dari keturunan terhormat, dan keluarga ilmuwan khususnya fiqih, karena itu saat dewasa dia diberi kedudukan untuk kali pertamanya yaitu sebagai hakim pada tahun 565 H/1169 M, di Seville. Selanjutnya ia pun kembali lagi ke Cordova, 10 tahun di situ, ia pun dijadikan sebagai qhadi, seterusnya dia sempat juga menjadi dokter Istana di Cordova, dan sebagai seorang filosof dan pakar dalam hukum dia memiliki pengaruh besar di kalangan Istana, khususnya di era Sultan Abu Yusuf Ya'qub al- Mansur (1184-99 M).
Sebagai seorang filosof, pengaruhnya di kalangan Istana tidak disukai oleh golongan ulama dan golongan fuqaha. Saat muncul peperangan di antara Sultan Abu Yusuf dan golongan Kristen, sultan berhajat pada kata-kata golongan ulama dan golongan fuqaha. Karena itu keadaan menjadi berbeda, Ibnu Rusyd disingkirkan oleh golongan ulama dan golongan fuqaha. Dia didakwa membawa aliran filsafat yang tidak sesuai tuntunan Islam, pada akhirnya Ibnu Rusyd diamankan dan dikucilkan ke suatu tempat yang bernama Lucena di wilayah Cordova. Oleh karenanya, golongan filosof tidak disukai kembali, karena itu timbullah pengaruh golongan ulama dan golongan fuqaha. Ibnu Rusyd sendiri selanjutnya dipindahkan ke Maroko dan wafat di situ pada usia 72 tahun di tahun 1198 M.
Filsafat Ketuhanan Ibnu Rusydi
Ibnu Rusyd memiliki metode yang berbeda dalam menetapkan pembuktian mengenai adanya Tuhan. Dalam metodenya dia menjelaskan jika Tuhan adalah Penggerak yang tidak bergerak, ia adalah Maha Penggerak dan mengakibatkan penggerak-penggerak sesudahnya. Dalam rangkuman metafisik nya, Ibnu Rusyd mengulas 3 permasalahan mengenai Ketuhanan, yakni al-Maujud, al-Jauhar, dan al-Wahid (Yang Ada, Yang Substansi, dan yang Satu). Menurut Ibnu Rusyd al-Maujud bisa ditunjukkan atas tiga hal yakni: Pertama, atas dasar masing-masing dari 10 maqulat. Kedua, atas dasar kebenaran, jika apa yang telah ada dalam pikiran sama dengan yang berada di luarnya. Ketiga, atas dasar hakikat suatu hal yang memiliki hakikat dan zat yang berbeda di luar nafs; baik zat yang sudah bisa dibayangkan atau zat yang tidak bisa dibayangkan. Namun beberapa filsuf pada zaman-zaman selanjutnya, terhitung beberapa ulama ilmu kalam banyak yang berpijak pada teori Ibnu Sina yakni Tuhan adalah Wajibul Wujud.
1. Pengertian Keazalian Tuhan
Pengertian keazalian (kekekalan) ialah Azalinya Tuhan, dalam kamus Bahasa Indonesia mempunyai makna kekekalan atau keabadian. Berdasar pada pemikiran Ibnu Rusyd, kata Azali berkaitan erat dengan masalah waktu. Dan bisa ditangkap bahwa keazalian memiliki arti keabadian, kekekalan, tiada bermula dan tiada berakhir. kata Azali yang memiliki arti keabadian, kekekalan, tiada bermula dan tiada berakhir di sini, ternyata bukan hanya terkait dengan keberadaan dari sesuatu yang tidak akan pernah musnah, tapi juga masalah asal mula dari suatu hal yang ada. Karenanya, kata keazalian memiliki arti juga tidak bermula dan tidak berakhir, dari kekal sampai abadi. Dengan begitu keazalian menyangkut segala hal dan proses yang memungkinkan dan berlangsungnya segala hal.
Dalam filsafat mengenai Tuhan, Ibnu Rusyd memandang bahwa Tuhan itu memiliki sifat azali, kekal, yang memiliki arti tidak bermula dan tiada berakhir. Akan tetapi, pemahaman Ibnu Rusyd berkenaan keahlian tidak dapat dibantah. Ibnu Rusyd yang menggunakan kata Azali sebetulnya ingin berbicara masalah hakikat paling dalam dari segala hal, yakni potensi kreatif yang mengakibatkan dan menyertai segala hal, entahlah sebagai totalitas atau sebagai realita yang particular. Dari pengetahuan semacam ini, kata Azali sebenarnya menunjuk karakter universal segala hal.
Maka keazalian memiliki arti keabadian, kekekalan, dan secara negatif keazalian memiliki arti tidak ada bermula dan usai, tidak kontingen dan tidak memiliki durasi. Dari rincian di atas, keazalian sebagai tempat di mana form dan wujud dengan semua karakter dari segala hal
2. Keazalian Tuhan Kaitannya dengan Gerak
Dalam pemikiran Ibnu Rusyd, di antara gerak, Tuhan dan alam tidak dapat terpisahkan. Dalam Proses penciptaan, Ibnu Rusyd mengatakan jika bukan tuhan yang membuat semesta alam secara langsung. Status Tuhan pada alam sebagai perantara. Status sebagai perantara inilah yang mengakibatkan adanya gerak. Dengan begitu, Tuhan sebagai sumber gerak, namun bukan Tuhan yang bekerja menjadikan alam.
Tuhan sebagai sumber gerak tidak bergerak dan tidak ada yang menggerakkan. Tuhan adalah penyebab pertama dan utama, Tuhan hanya mengakibatkan gerak pada akal pertama saja. Dan beberapa gerakan seterusnya yang memunculkan beragam kejadian di alam ini disebabkan karena akal-akal selanjutnya. Karenanya, kejadian atau peristiwa apa saja di alam ini bukan akibat langsung dari tindakan Tuhan. Semesta alam sebagai totalitas ataupun realita partikular di dalamnya, berproses dengan creatif power yang terkandung di dalamnya, tanpa keterlibatan langsung dari Tuhan. Terdapatnya creatif power dalam alam tersebut jadi dasar dari gerak semesta alam, yang menggerakkan dan membuat karakter semesta alam dan realita partikular yang ada di dalamnya.
Jika gerak itu dimengerti sebagai energi atau daya kreatif, maka hakikat dalam materi itu ialah energi. Ini benar-benar jelas, saat Ibnu Rusyd mengatakan jika semua benda ialah potensi yang memiliki sifat universal. Tiap benda memiliki kandungan energi yang membentuk dirinya sendiri. Karena tiap benda memiliki kandungan energi, karena itu tiap benda mempunyai gerak dan pergerakan itu mempunyai dua arah yakni gerak dalam dirinya sendiri dan gerak pada beberapa benda yang lain.
Pergerakan merupakan suatu akibat, karena setiap pergerakan selalu memiliki sebab menggerakkan yang mendahuluinya. Jika mencari sebab itu, maka dijumpai sebab penggeraknya. Demikian selanjutnya dan mustahil berhenti.
Sudah menjadi kewajiban untuk memandang bahwa sebab yang terdahulu atau yang pertama itu ialah suatu hal yang tidak bergerak. Suatu gerak yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhir yang merupakan penggerak utama Prima-Causa yang hanya patut dikenakan bagi Tuhan. Penggerak utama (Tuhan) ini tidak bermula dan tidak berakhir, karena itu Tuhan pada hakikatnyanya Azali, tiada bermula dan tiada berakhir, abadi ada-Nya.
Dalam teori emanasi disebut bahwa Tuhan yang prima dan esa menemanasi semesta alam tanpa memerlukan perantara dari sesuatu yang lain selain diri-Nya sendiri. Tuhan yang menggerakkan itu sebetulnya ialah Tuhan yang mengemanasikan diri-Nya, hingga tercipta semesta alam dengan potensi dan karakternya. Karena itu di sini, Tuhan itu yang memberikan creatif power pada semesta alam dengan semua realita partikular yang ada di dalamnya. Tuhan yang memberikan creatif power memiliki arti Tuhan yang memberi daya aktif dan hidup pada semesta alam. Selanjutnya Ibnu Rusyd menjelaskan jika tiap benda memiliki peluang bahkan juga tiap benda bernyawa. Karena benda bernyawa maka benda itu juga berakal sesuai kondisi dan bentuknya sendiri.
Pada masalah ini, Ibnu Rusyd mengembangkan argumentasinya dengan mendasarkan diri pada beberapa ayat Al quran yang ditafsirkan sedemikian rupa untuk dijadikan dasar teologi bagi pemikirannya. Ibnu Rusyd mengemukakan dalam Al Qur'an, "Allah itu yang menjadikan beberapa langit dan bumi dalam kurun waktu enam hari dan tahtanya di atas air" (QS. Hud ayat 7). Ibnu Rusyd menerjemahkan bahwa memang ayat itu membenarkan pemahaman bahwa semesta alam sebagai realita yang dijadikan oleh Tuhan. Tapi selain itu, ayat ini menjelaskan jika sebelum ada langit dan bumi ini, telah ada zaman dan zaman itu sebagai tempat dari semesta alam ini. Disamping itu, ayat ini juga dapat menerangkan bahwa sebelum ada langit dan bumi telah ada tahta dan air.
Selain ayat di atas, Ibnu Rusyd menyampaikan ayat Alquran yang berbunyi: "Di hari bumi ini diganti dengan bumi lainnya, demikian juga langit, menghadaplah keduanya kehadirat Allah yang Maha Esa Maha Perkasa" (QS. Ibrahim, ayat 48). Menurut Ibnu Rusyd, ayat ini memperlihatkan bahwa dalam peristiwa semesta alam ini ada keberlangsungan. Untuk memperkuat gagasannya ini, Ibnu Rusyd kembali mengutip Alquran yang berbunyi, "Selanjutnya Allah menuju ke langit yang saat itu sebagai asap, lalu katanya kepada langit dan bumi: Datanglah kamu berdua, baik dengan suka hati ataupun terpaksa. Menyahutlah keduanya: kami tiba dengan penuh kesukaan" (QS. Fushshilat, ayat 11). Ibnu Rusyd mengatakan, dari ayat ini bisa diambil kesan-kesan jika wujud alam itu ialah Azali dan yang baru itu hanya pergantian bentuknya.
3. Keazalian Tuhan Kaitannya dengan Ruang dan Waktu
Alquran bukan hanya dipercaya sebagai buku suci yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan persoalan spiritual semata, akan tetapi dipercayai sebagai sumber dan gudang ilmu pengetahuan. Alquran dipercaya memuat jawaban-jawaban fundamental dan definitif atas persoalan-persoalan ketuhanan, alam dan manusia. Alquran berisi hal-hal yang begitu kompleks. Ibnu Rusyd menyaksikan, khususnya untuk golongan cendekiawan isi alquran perlu ditafsir dan ditelaah secara logis agar dimengerti secara tepat dan benar hingga memiliki makna bagi petualangan hidup manusia.
Mengenai isi alquran, Ibnu Rusyd berpendirian bahwa Alquran merupakan buku yang di turunkan oleh Allah untuk semua manusia. Ibnu Rusyd membagi tingkat pemahaman atas Alquran menjadi dua kategori: Pertama, Alquran untuk orang yang literal (pemula) harus di tafsir secara literal. Maknanya, untuk orang pemula, Alquran harus dibungkus dan dihidangkan berdasarkan bunyi dan cara mereka berpikiran. Kedua, Alquran untuk orang literal (golongan berpendidikan atau golongan cendekiawan) Alquran harus dilihat secara kiasan, menurut tingkat ilmu dan pengetahuan golongan cendekiawan.
Dalam peristiwa penciptaan semesta alam, dalam hubungannya dengan ruang dan waktu, Alquran memang menyuguhkan informasi perihal penciptaan semesta alam yang dijadikan Tuhan dalam kurun waktu enam hari. Dinyatakan bahwa semesta alam bertahta di atas air. Berkaitan dengan penciptaan semesta alam ini, kita bisa menyaksikan dalam kitab suci Alquran yang berbunyi:"Allah itu yang menjadikan beberapa langit dan bumi dalam kurun waktu enam hari dan tahtanya di atas air" (QS. Hud ayat 7). Informasi mendasar dalam Alquran itu yang dijadikan Ibnu Rusyd untuk memahami peristiwa penciptaan semesta alam dalam keterkaitannya dengan ruang dan waktu. Sebagai seorang filsuf, Ibnu Rusyd sedikit mengesampingkan makna literal ayat suci Alquran itu dan lebih condong untuk memahami secara alegoris informasi yang ada dalam penciptaan semesta alam dalam keterkaitannya dengan ruang dan waktu.