Relasi antara HAM dan Radikalisme
Ditulis pada: 20.28
Setelah kita tahu apa itu HAM dan apa itu radikalisme, bisa kita tarik kesimpulan bahwa HAM dengan radikalisme adalah dua hal yang bertentangan. Karena pada hakikatnya HAM merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan umum.
Sedangkan radikalisme mengarah kepada kekerasan, perusakan dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Relasi antara HAM dengan radikalisme adalah pelanggaran yang disebabkan oleh aksi kekerasan atau perusakan yang melanggar hak-hak asasi manusia.
Seperti yang telah kita ketahui, batasan hak asasi manusia adalah hak asasi yang melekat pada diri individu lain. Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis melalui jalan kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem. Inilah yang kemudian menjadi embrio dari lahirnya terorisme.
Dalam Pasal 3 Deklarasi Universal HAM (DUHAM) menyatakan bahwa;
“Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu”.
Terdapat pula dalam International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), yang ditetapkan oleh Majlis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi 2200A (XXI) pada tanggal 16 Desember 1966. Isi dari kovenan yang terkait dengan pelanggaran HAM yang disebabkan oleh tindakan terorisme yaitu hak atas hidup. Hak untuk hidup adalah suatu prinsip moral yang didasarkan pada keyakinan bahwa seorang manusia memiliki hak untuk hidup, tidak seharusnya dibunuh oleh manusia lainnya.
Dari kedua pasal tersebut, bisa diambil penjelasan bahwa pelaku aksi terorisme telah mengambil hak hidup seseorang. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat terkait hak asasi manusia. Oleh sebab itu, menghormati dan melindungi serta menjunjung tinggi nilai-nilai HAM menjadi suatu keharusan, tanggung jawab bersama antara perorangan, kelompok, pemerintah dan negara.